Thursday, November 5, 2009

Cinta Enam Tahun

Shiera, Quinshi, dan Moli mengendap-endap di klub basket cowok. Maklum, Shiera lagi naksir salah satu cowok yang bergabung dalam tim basket sekolahnya. Rencananya sih, Shiera mau mengutarakan perasaannya melalui Moli. Kenapa Moli?? Karena Moli mengenal hampir semua cowok yang ada di klub itu. Sudah seminggu mereka mengendap-endap, memperhatikan cowok itu. Cowok yang tampan, putih, tinggi, baik, dan gosipya sihh tajir.
“Lo yakin?” tanya Moli, “Kapten basket loh!”
“Ya iyalah!”
“Kenapa gak lo sendiri aja sih?”
“Ya ampun! Mana berani gue! Kemarin lo kenalin aja gue hampir kebelet.”
“Itu sih emang lo nya yang lagi kebelet!”
Shiera Cuma cengar-cengir gak jelas. Bel berbunyi dan latihan otomatis selesai.
“Udah selesai tuh! Sekarang tugas lo. Gue ma Quinshi pergi dulu, bye!” pamit Shiera sambil menarik Quinshi pergi.
“Lho? Shier? Quin? Kok gue ditinggal? Shiera! Quishi!” panggil Moli panik. “Hm. Ya udah deh. Demi temen!”
Moli mendekati Steven yang sedang membereskan barang-barangnya. Steve menatapnya dan tersenyum.
“Hai, Mol. tumben ke sini? Nyariin gue?”
“Kira-kira gitu deh.”
“Kira-kira? Maksud lo apa sih?” tanyanya sambil tersenyum. “Duduk!”
To the point aja ya! Lo masih inget kan temen gue yang namanya Shiera?”
“Shiera? Shiera yang mana?”
Moli menepuk jidatnya. “Yang lo bilang agak imut itu loh.”
“Oh iya! Terus?”
“Hm. Dia suka sama lo. Lo suka gak sama dia?”
Steve tampak berpikir. “Suka.”
“Kalo gitu, lo mau kan jadi pacar dia?” potong Moli.
“Eits. Denger dulu! Gue belum selesai ngomong! Gue suka sama dia sebatas temen!”
“Sebatas temen? Nggak bisa lebih?”
Steve menggeleng. “Dikit aja deh!” tawarku.
“Lo pikir gue lagi belanja apa? Pake acara nawar segala lagi! Sekali nggak, ya tetep nggak. Titik!”
“Alesannya?”
“Gue udah punya gebetan.” ujar Steven malu-malu.
Moli menggeleng-gelengkan kepalanya. “Shiera. Gue bilang juga apa! Kapten kayak dia kalo belum punya cewek, pasti udah ada gebetan. Jangan bunuh diri ya, Shier! Gue udah usaha ngebantuin lo.”
“Lo kenapa? Sakit?”
“Nggak kok!”
“Lo tuh ya. Mau aja jadi mak comblang. Kapan giliran lo mikirin nasib cinta lo sendiri?”
“Bantuin temen gak ada salahnya kan?”
“Mau pulang?”
“Iya.”
“Yuk gue anterin.”
Akhirnya Moli diantar pulang oleh Steven dengan mobilnya.
“Kalo Shiera tau kalo gue dianterin pulang sama Steven, pasti dia nggak akan ninggalin gue tadi.”
“Oh ya, emangnya gebetan lo anak mana?”
“Anak sekolah kita juga kok.”
“Adik kelas atau sesama kita kelas 3?”
“Sesama kelas 3!”
“Kelas berapa? Sekelas sama gue nggak?”
“Kayaknya sih begitu.”
“Siapa?”
“Tebak aja sendiri!”
“Pelit lo!”
“Ntar kalo gue bilang lo cemburu, lo marah, kesel, patah hati terus bunuh diri deh!”
“Ikutan lagunya Radja aja sih lo? Lagian mana mungkin gue cemburu? Shiera cemburu baru wajar!”
“Gitu ya? Jadi lo gak cemburu?”
“Nggak! Makanya kasih tau dong!”
“Yang pasti dia baik, rela berkorban, cantik, imut, lucu lagi.”
“Baik, cantik, imut? Siapa ya? Shiera, Quinshi, Hannah, Chiquita, Tivanny… Ah semuanya imut kok! Siapa dong?
“Ng… tapi lo harus bisa jawab dulu pertanyaan gue. Gimana padangan lo tentang gue?”
“Lo baik, tampan, idola cewek-cewek, lucu, kadang ngebetein.”
“Kedua, lo anggep gue apa?”
“Hah? Apa ya? Hm, sahabat!”
“Ketiga, definisi cinta menurut lo apa?”
“Dari temen jadi demen!”
“Keempat, lo bilang lo seneng jadi mak comblang kan? Kalo suatu hari ada temen lo yang minta lo jodohin dia dengan orang yang lo suka gimana?”
“Gue rela! Terus siapa dong?!”
“Udah nyampe nih. Rumah lo yang ini kan?”
“Ih. Lo belum jawab pertanyaan gue, Steve!”
“Keluarin kertas sama pulpen lo buat gue.”
Moli menurut. Steve menuliskan sesuatu di kertas itu. “Semoga lo ngerti maksudnya! Oke? See you!”

***

Mungkin lo bener cinta itu sahabat,
Oleh karena itu,
Lo cari tau sendiri.
Ia orang yang sangat lo kenal.
Ia adalah …
Sudah seratus kali Moli membaca tulisan itu. Tapi tidak ada jawaban yang didapat.
“Duh, maksudnya apa lagi? Mau tau gebetannya aja susah banget sih!”
Ia pun mencoret kertas itu. Selama itu pula kepalanya pusing, pening. Lalu coba-coba ia melingkari huruf depannya dan ia terlonjak kaget. M.O.L.I.

***

Shiera sedang membaca novel lalu ponselnya bergetar.
“Halo.”
“Shiera ya? Ini gue, Steve.”
Shiera terlonjak kaget. “Ste… Steve?! Yang bener?!”
“Gue mau ngomong sesuatu sama lo. Ngak ganggu kan?”

***

Keesokan harinya, Shiera masuk ke dalam kelas dengan lesu. Moli dan Quinshi yang sedang ngobrol sambil membaca selembar kertas buru-buru menyimpan kertas itu.
“Lo kenapa, Shier?”
“Nggak papa. Cuma capek aja.”
Moli dan Quinshi pun mulai berbisik-bisik.
“Gimana kalo dia tau kalo Steve suka sama lo?” tanya Quinshi.
“Duh, jangan sampai deh!”

***

Sepulang sekolah, Moli, Shiera, Quinshi menuju klub. Mereka memutuskan untuk bertanya langsung.
“Kalian? Ada apa nih?”
“Steve, kami putusin buat tanya langsung aja sama lo. Jadi, sebenernya gebetan lo tuh siapa?”
Steve terhenyak. “Lo mau gue nembak dia sekarang?”
Moli, Quinshi, dan Shiera saling pandang dengan bingung. Lalu mereka mengangguk.
“Oke! Tadinya sih gue mau nembak dia pas pergantian tahun nanti. Tapi kalo kalian mau tau, oke! Tapi sebelumnya, dia emang antara kalian bertiga. Gue mohon, apapun keputusan gue, kalian jangan berantem. Gue mau persahabatan kalian tetap utuh. Janji?”
“Iya!” sahut Moli dan Shiera.
“Quin…?” tanya Steven.
“Gue dari awal nggak ikutan.”
Steve berdiri dan menatapnya tajam. “Kalo gue bilang gue cinta sama lo?”
Quinshi kaget. Moli dan Shiera pun terlonjak.
“Bisa lo jelasin kenapa Quinshi?”
“Gue udah nulis dengan jelas kan? Cinta itu sahabat. Gue sama Quinshi temenan dari kecil. Gue udah suka sama dia dari dulu.”
“Dulu gue sama Steve emang temenan dari kecil. Waktu SMP, Cynthia temen gue juga suka sama Steve. Akhirnya, gue mundur!”
“Tapi, gue nggak pernah jadian ataupun cinta sama Cynthia, Quin. Gue udah mendam perasaan ini 6 tahun, gue harap, lo punya perasaan yang sama. Sekarang jawab gue. Lo mau jadi cewek gue?”
Semua anak klub mulai berkumpul menyaksikan peristiwa seorag cowok tercakep di sekolah itu mengutarakan perasaannya. Quinshi gugup, ia menatap Moli dan Shiera. Moli dan Shiera mengangguk. Quinshi menatap Steven yang menatapnya penuh harap.
“Udah 6 tahun, gue nunggu lo bilang semua ini.” ujar Quinshi pelan.
Steven memeluknya dan semua bertepuk tangan ricuh. Cinta 6 tahun itu pun tersambut dan terjawab sudah. Keesokannya, berita itu sudah menyebar.


(: THE END :)